Cerita Inspirasi : Antara Ayah dan Anak
Oleh: Ema Avicena
SUATU petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon berhampiran.
Si ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya, “Nak, apakah benda itu?”
“Burung gagak”, jawab si anak. Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabanya tadi, lalu menjawab dengan sedikit kuat,”Itu burung gagak, ayah”
Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, “BURUNG GAGAK!!”
Si ayah terdiam seketika, namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada yang kesal kepada si ayah, “Itu gagak, ayah”. Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama.
Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah.”Ayah!!! saya tak tahu ayah paham atau tidak, tapi sudah 5 kali ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan jawabannya. Apa lagi yang ayah mau saya katakan?? Itu burung gagak, burung gagak, ayah...”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Si ayah lalu bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang kebingungan. Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan bertanya-bertanya. Di perlihatkannya sebuah diary lama.”Coba kou baca apa yang pernah ayah tulis di diary ini,” Pinta si ayah. Si anak setuju dan membaca paragraf yang berikut. “Hari ini aku di halaman melayani anakku yang genap berumur 5 tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah gagak sambil bertanya,”Ayah, apa itu?” dan aku menjawab,” Burung gagak.”
Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian dan demi rasa cinta dan sayangku, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga untuk anakku kelak.”
Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara, “ Hari ini ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama sebanyak 5 kali dan kau telah hilang kesabaran serta marah.” Lalu si anak seketika itu juga menangis dan bersimpuh di dua kaki ayahnya memohon ampun atas apa yang telah ia perbuat.
Setelah membaca cerita tadi, apa yang Anda pikirkan?
Ternyata,
kita akan tau manis sesudah tau bagaimana rasanya pahit
kita akan kenal bahagia sesudah kenal sedih
kita akan merasa menang sesudah merasakan gagal
kita akan tau tinggi sesudah melewati rendah
Dan kita akan belajar menghargai sesudah merasakan bagaimana rasanya ketika tidak di hargai...
*Terinspirasi dari Sang Motivator, Aris Ahmad Jaya